Cari Blog Ini

Minggu, 15 April 2012

Berhentilah Untuk Membencinya

Diruangan kelas aku duduk sendiri, hanya ada kursi secarik kertas dan pena di hadapanku. Aku tak tau mengapa hari ini aku merasa sendiri, tapi sepertinya memang ini suasana yang aku butuhkan. Bukan untuk menjauh dengan teman-temanku tapi untuk sekedar menenangkan pikiran dari masalah yang aku alami. Ketika aku sedang duduk termenung dan sedikit menghayal.

Tiba-tiba ... aku merasakan ada yang memasuki ruangan kelasku. Terdengar suara pintu dan hentakkan kaki menuju ke arah tempat duduk ku. Aku menghiraukannya karena suasana hatiku sedang kacau, aku tak peduli dengan lingkunganku saat ini. Aku rasakan dingin yang sangat menusuk di punggungku, dan dengan spontan aku menggigil, bajuku basah.Buyarlah khayalanku aku rasa itu es, benar saja temanku ray bertingkah konyol, dia menaruh es di punggungku. Aku secara tidak sadar membentak dia .

“ Tingkahmu itu sungguh konyol, untuk apa kau menaruh es dipunggungku”

“kelihatannya kamu sedang panas ( celoteh dia dengan ketawanya )”

“memang pikiranku sedang panas, tetapi tidak sepanas ini, setelah kamu menaruh es itu di punggungku”

“ maaf. hahah April move .... “

“Maaf ? April move ? menyebalkan ! ini sangat tidak lucu. Kau hampir saja membuatku mati kedinginan. Dan sekarang kau bisa liat keadaanku. Bajuku basah dengan es yang dingin”

“ aku pikir tak seburuk itu “        

  “ sepertinya aku harus pulang dan menjauhkan diriku dari orang konyol ini “

“ayolah itu hal lelucon sepele ,aku pikir kamu takkan marah sehebat ini. aku hanya ingin menghiburmu saja dan sedikir membantu ”

“ membantu ! suasana hatiku sedang kacau dan kau menambh kekacauan itu” ( pergi dan bungkam)”

“ aku harap kau memaafkanku besok “Aku langkahkan kakiku menuju rumah, dengan sedikit hentakkan kesalku. Aku pikir ini adalah hari sialku. Aku ingin bebas hari ini bebas dari matematika yang membuatku mati-matian dan ekstrakulikuler yang membuatku ekstra kesana kemari, aku benci dengan rutinitasku yang membosankan, hanya berputar-putar mengikuti waktu dan aku tak pernah mendapatkan hasilnya. Semoga langkah kakiku inii membuahkan keberuntungan bukan kekacauan.
          Sesampai di rumah aku segera merapikan sepatuku di rak sepatu. tak sabar aku ingin mengganti bajuku ini. Aku pergi menuju kamar, akhirnya hanya rumahlah yang bisa membuatku normal kembali, saat ku buka pintu lemariku. Baju-baju yang aku susun rapi tidak ada, isi lemari itu adalah kosong. Tapi ada satu benda yang aku lihat, sejenak aku merasa aneh aku buka isi kotak kecil itu ternyata yang ada di dalamnya yaitu kunci, kunci apa itu. Apa kunci ini yang menghilangkan baju-bajuku ? siapa yang melakukan ini ? temanku yang konyol ? tidak mungkin. Dengan kesalku aku mengambil kunci itu, apakah ini mimpi. Kunci itu dapat berbicara padaku tapi kali ini aku tak berada di rumah. Melainkan suatu tempat, dengan pohon rindang yang menjulang tinggi akar-akar kokoh yang menyatu dengan tanah itu. Lumut-lumut terlihat di pohon-pohon tinggi itu. Sepertinya aku berada di hutan asing yang sebelumnya aku tak pernah datang kesini. Hutan ini basah, dan sangat dingin. Aku menggigil (menggesekan kedua tanganku).
          “ kau dingin ?” si kunci berkata        

  “ kau lihat saja keadaanku? Mengapa kau membawaku kesini ? “
          “ nanti kau tau “ ( si kunci pergi)          

“ hei kunci kau harus bertanggung jawab, kau harus membantuku !!”


Kali ini aku merasa sendiri, dan ketakutan. Tapi apakah yang ku inginkan ini sendiri ? tapi kali ini aku tak ingin sendiri kemana teman-temanku. Dengan ketakutan aku melangkahkan kaki ku berusaha untuk mencari jalan keluar, ini tak seperti yang kuharapkan, hutan ini sangat luas. Aku semakin menggigil dan hanya ada sedikit sinar matahari di atas sana, pohon-pohon itu terlalu tinggi. Aku mendengar dan merasakan ada sekumpulan orang yang sedang menari sepertinya mereka melakukan pesta. Aku ikuti suara itu, dan terlihat dari semak-semak orang-orang itu sepertinya suatu suku yang berada ditengah hutan. Mereka berbadan besar, tinggi dan hitam. Tapi aku pikir hanya merekalah yang bisa mengeluarkanku dari sini. Perlahan aku menuju tempat perkumpulan suku itu.        

  “ hey, jangan ! “        

  “ sepertinya suara itu tak asing di telingaku “   “ benar saja, ternyata itu Ray “      

 “ Ray apakah kamu juga di jebak oleh kunci itu ?”       

   “ tidak “      

    “ lalu untuk apa kamu disini “      

    “ untuk menolongmu”      

    “ tidak kau jahat, konyol sekali”

Ikuti jalanku jika kamu ingin pulang, aku takut Ray mempermainkanku. Ray memberiku petunjuk kau harus mendaki gunung dan mencapai puncaknya, lalu di sanalah kau akan mendapatkan pelajaran hidup yang akan membuatmu kembali ke rumahmu. Tapi gunung itu tidak dekat, ketika aku mengeluh Ray pergi. Tapi aku baru menyadari bahwa Ray lah yang membantuku. Dengan langkahku aku melihat gunung dari kejauhan aku tak habis pikir sampai kapan aku akan bisa mencapai gunung itu, sangat jauh. Tapi aku tidak merasakan lelah, ada sungai yang sangat mengalir deras, dan aku harus melewatinya, sungai itu berasal dari air terjun. Air terjun itu indah tapi aku tidak bahagia disini karena teman-temanku bahkan orang tuaku tak ada disini. Ini takkan indah, aku melanjutkan perjalananku menuju gunung, sangat susah melewati sungai itu. Aku harus berjalan di atas bebatuan yang licin itu,

“sepertinya aku akan berhasil melewati sungai ini “Tetapi disaat aku lengah dan hanya tertuju kepada gunung itu. Aku terpeleset dan terseret air sungai. Namun Ray tiba-tiba ada dan menarik tanganku. Akupun terbebas dari maut itu. Tapi aneh Ray selalu menghilang tak sempat aku ucapkan terimakasih padanya. Akupun berhasil melewati sungai itu. Aku menuju jalan setapak, ketika aku melanjutkan jalanku . jalan itu bercabang aku tak tau jalan yang benar menuju rumah. Namun sepertinya aku tau, jalan yang tepat menuju rumah, karena aku melihat begitu jelas tampak gunung itu. Senang nya... tapi Ray menegurku.          “ itu bukan jalan yang tepat “     

     “ itu jalan yang tepat, kau mau mempermainkanku ?”      

    “ percayalah aku takan membuatmu sesat “      

    “ini jalanku, jangan kau ikut campur ! “Dengan senang aku berjalan, tiba-tiba aku berada di atas lembah. Lembah itu menelanku ....          “ oh tidak Ray benar ! “Seketika aku berada di puncak gunung. Dan aku bertemu dengan si kunci.
          “ kunci ! kemana saja kau ““Untuk kali ini aku takkan pergi darimu”Aku berdialog dengan si kunci . Bagaimana hidup sendiri menyenangkan bukan ?Aku jawab tidak karena menjalani  hari tanpa teman itu akan terasa sepi. Apakah orang yang kau benci membantumu ? ya dia membantuku. Lantas mengapa kau membenci dia ? itu dulu sekarang tidak. Sungai, yang kau lewati itu gambaran masalah yang kau alami saat ini. siapa yang membantumu ?temanku. lalu saat kau memiliki pilihan apakah kau mendengarkan nasihat temanmu ? apakah kau menerima bantuan dia? Tidak aku tidak mendengar dia, dan lebih memilih jalanku sendiri dan akhirnya aku tertelan lembah. Apa yang kau dapatkan ? aku harus meminta maaf kepada Ray. Bukan itu yang aku maksud, sesuatu yang kau benci akan mengantarkan kau ke puncak keberhasilan. Dan teman bisa membantu masalahmu, tak ada teman yang membuatmu sesat. Air terjun itu indah bukan ? ya indah sekali. Apakah kau bisa menikmatinya sendiri? Tidak bersama teman itu lebih asik. Kunci lalu apa artinya ?Kau bisa mengambil hikmah semuanya.          Tempat tidur yang empuk, nyenyak sekali tidur ini. aku tersadar bahwa tadi itu mimpi. Aku tertidur dengan baju basah,sepertinya aku kecapean. Tapi aku teringat jelas dengan mimpi tadi. Aku ingin segera menemui Ray.
Di pagi hari aku bergegas menuju sekolah, gerbang sekolah masih sepi tak ada rang. Tapi aku tau dimana Ray, dia anak rajin ...
Aku meminta maaf kepada Ray, kepada semua hal yang aku benci. Bahkan aku meminta maaf kepada pak satpam, karena aku benci pak satpam, kasar sekali namun hatinya lembut. Aku juga meminta maaf kepada guru yang aku tak suka, karena guruku lah yang sempat membuatku sebal kemarin. Tapi itu salah karena aku sadar guruku sangat menyayangiku. Tak ada teman yang membuatku sesat, dan suatu hal yang aku tak suka itu bisa mengantarkanku ke puncak keberhasilan.