Disamping
pikiran untuk terus mempertimbangkan universitas mana yang akan aku pilih untuk
selanjutnya aku perjuangkan,aku justru terus di kacaukan dengan masalah hati.
Yang sangat jelas itu sangat mengganggu pikiran aku, yang seharusnya fokus
terhadap tujuan sebenarnya, namun di
samping seluruh pertimbangan itu aku terlalu fokus pada universitas mana yang
aku inginkan tanpa memikirkan dan menyesuaikan kapasitas kemampuan aku itu
sudah sejauh mana. Hingga pada akhirnya aku masih tetap idealis dengan
keinginan aku yaitu masuk jurusan manajemen UI dan sekolah bisnis manajemen ITB singkat cerita perjuangan ku
itu berujung dengan masuk Manajemen Perkantoran UPI hahahha tak jauh beda lah
ya. Ternyata tekadku belum cukup kuat untuk mendapatkan jaket kuning itu ataupun kampus itu,
entahlah seluruh cerita itu memiliki hikmah yang dalam. Aku justru lebih
bersyukur di tempatkan di universitas yang sebelumnnya benar-benar belum
terbayangkan.
Aku
lulus pada tahun 2014 namun pada akhirnya aku memilih untuk menunda,
melanjutkan kuliah karena berbagai pertimbangan, jujur sbenarnya aku termasuk
orang yang masih kurang bersyukur, karena pada saat kelulusan itu aku sudah di
terima di universitas swasta dan negeri namun, karena keinginan aku yang kuat
untuk masuk PTN dengan jurusan yang aku inginkan aku tetap memutuskan untuk
menunda kuliah ku, karena di samping itu juga aku benar-benar merasa lelah, dan
ingin menikmati sejenak kebebasan dari penjara suci …
ya
penjara suci menurutku tempat yang cukup mengambil seluruh waktu remaja ku
, yang seharusnya bebas main kemanapun,
bebas memainkan sosial media sesuka pun entahlah jangankan sosial media hp pun,
merupakan suatu alat yang sangat asing bagiku. Kalau kamu sebagai alumni
pesantren lalu kamu datang berkunjung ke pesantren dan membawa gadget, aku
yakin anak-anak santri bakalan ngantri buat minjem hp kamu ahahha *untuk
sekedar buka facebook * nanyain kabar orang tua * minta bekal ke orang tua
*hubungin doi untuk yang ldr atau sekedar *mainin game apapun yang ada di hp,
oh menyedihkan hahhah
Entahlah bila di lihat dari sudut pandang
aku ketika masih remaja labil, sluruh peraturan yang ada di pesantren itu menurutku
merupakan perampasan waktu remaja aku yang seharusnya indah. Padahal apabla aku
lihat dari sudut pandang yang berbeda justru itulah yang menjaga aku dari fana
nya dunia dan menjadikan aku menjadi insan yang mulia, aku sangat sangat
bersyukur di tempatkan di penjara suci itu, bunda raudah …. Bunda jannah …
bunnda ihsan …. Yang selalu dengan ikhlas mengajarkan aku mengaji dan
mengajarkan nilai-nilai kheidupan yang seharusnya . BImbinngan bunda atau
ustadzah dengan keikhlasannya pada akhirnya mendekatkan aku kepada Al-Quran,
kalam allah yang selalu menyentuh dan selalu membuatku meneteskan air mata
ketika membacanya. jujur sebelumnya aku lebih terharu membaca novel bergenre
mellow di banding kan membaca al-quran. Tapi allahamdullilah setelah aku
ditempatkan di penjara suci itu hidayah perlahan semakin datang. Meskipun
semuanya masih membutuhkan proses yang cukup panjang.
yeayyy aku terbebas dari holy jail,
menghirup udara segar, terbebas dari penjara suci yang sebetunya itu adalahh
hal yang sangat merugikan, karena sekarang justtru aku sangat ingin kembali
kesana.
Dan salah satu pertimbangannya lagi adalah
aku ingin ke Pare. Aku tidak mengerti mengapa aku ingin kesana, aku hanya tau
Pare sekilas saja. Bahwa disana merupakan tempat belajar bahasa Inggris, yang
di jamin 6 bulan di sanapun langsung mahir berbahasa Inggris.
Jujur
aku tipe orang yang sangat suka mencari kesibukan, *ngeles karena tujuannya
memang ingin melupakan hehhe.